Telaga Jonge terletak di wilayah Padukuhan Jonge Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Terletak kurang lebih 7Km arah timur kota Wonosari dan atau 5Km arah barat Kecamatan Semanu. Telaga Jonge yang luasnya hampir 3 hektar dengan dikelilingi hutan buatan sebagai perindang sehingga asri. Telaga Jonge tidak pernah kering sepanjang tahun. Airnya masih dimanfaatkan untuk mandi warga sekitar, jika musim kemarau panjang.
Di Telaga Buatan ini juga terdapat sana bermain untuk anak, ada juga kapal/mainan apung yang bisa diaiki bersama keluarga. Telaga Jonge telah mengalami renovasi beberapa kali untuk membuat suasana lebih nyaman. Pemerintah cukup memberi perhatian pada Telaga ini yang dahulu hanya sebagai sarana penyimpan air hujan saja. Telaga yang berisi lebih dari 30.000 ekor ikan ini biasanya panen setiap 3-4 bulan sekali, dengan rata-rata pengunjung 300-500 orang.
Telaga Jonge menyimpan cerita yang panjang untuk ditelusuri. Berawal dari kisah seorang Kyai bernama Kyai Jonge, yang berhasil selamat dari hantaman ombak laut selatan yang kemudian singgah dibeberapa tempat di Gunungkidul sampai akhirnya singgah di Desa Pacarejo dan meninggal di tempat itu yang konon setelah Kyai Jonge meninggal maka terbentulah telaga, yang sampai saat ini bernama telaga Jonge.
Upacara Bersih telaga Jonge dilaksanakan sebagai bentuk pelestarian budaya, sebagai upaya untuk mempercantik dan merawat kawasan jonge, dengan diadakan kerja bakti, selain itu juga sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan air telaga jonge yang masih dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.
Acara Bersih Telaga Jonge diawali dari tirakatan pada hari Kamis Kliwon malam Jumat Legi di pendopo Telaga Jonge. Ada banyak kepercayaan yang masih berkembang di masyarakat yang kemudian membuat acara tirakatan menjadi ramai. Sebelum acara selamatan dilaksanakan terlebih dahulu dipentaskan berbagai kesenian yang ada di daerah tersebut, seperti : reog, jathilan serta kesenian lainnya dan diakhiri dengan hormat di depan Petilasan Kyai Jonge.
Setelah selesai pentas kesenian, lalu dibacakan riwayat Telaga Jonge oleh Juru Kunci. Sebagai puncak acara adalah ikrar kenduri dan diakhiri dengan do’a secara singkat oleh Sesepuh desa, masyarakat memohon keselamatan dan ditahun mendatang agar air Telaga Jonge tetap melimpah agar bias berguna bagi masyarakat.
Setelah selesai dibacakan do’a oleh sesepuh desa, seluruh peserta makan bersama masakan yang telah dimasak sebelum pelaksanaan upacara. Makan bersama ini mempunyai kepercayaan bahwa mereka telah berbuat seperti apa yang telah dilakukan oleh para leluhurnya. Karena itu mereka akan mendapatkan berkah keselamatan dari Tuhan melalui Kyai Jonge seperti isi dari pesannya : “Sopo tho sing biso nguri-uri, sak dawane blarak sineret, opo sing disuwun, dijalok, bakal dikabulke".