Latest Post

PROFIL KECAMATAN SEMANU

  • VISI: Terwujudnya Kecamatan Semanu sebagai penyelenggara urusan pemerintah daerah di kecamatan dengan pelayanan yang prima.
  • MISI: 
  1. Peningkatan kualitas sumber daya aparatur pemerintah dalam  mendukung standarisasi pelayanan prima
  2. Pemantapan pembangunan sumber daya alam untuk peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat
  3. Peningkatan pengembangan sumber daya masyarakat dan desa.



    • TUJUAN
    1. Meningkatkan kemampuan penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam rangka pelayanan prima pada masyarakat
    2. Memantapkan pembangunan sumber daya alam wilayah dalam rangka Peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat
    3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan sumber daya   masyarakat dan desa 
    • SASARAN
    1. Meningkatnya kinerja pemerintahan melalui peningkatan kualitas lembaga dan sumber daya manusia.
    2. Memantapkan pelaksanaan pembangunan dalam rangka peningkatan  kesejahteraan sosial dan pemberdayaan masyarakat.
    3. Meningkatnya kualitas sumber daya masyarakat dan desa. 
    • KONDISI GEOGRAFI : Kecamatan Semanu merupakan salah satu Kecamatan dari 18 Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul dengan batas wilayah :
     - Utara    :  Kecamatan Karangmojo 
     - Timur   :  Kecamatan Ponjong
     - Selatan:  Kecamatan Tepus
     - Barat    :  Kecamatan Wonosari 

    Kecamatan Semanu mempunyai luas lahan 952.117.115.546

    Jumlah dusun, RW, RT di Kecamatan Semanu
    Desa  
    Dusun
    RW
    RT
    kepala desa
    Pacarejo
    28
    67
    143
    Sardiyo
    Candirejo
    20
    40
    80
    Maryanta,A.Md
    Dadapayu
    20
    44
    92
    Drs.Sutamta
    Ngeposari
    19
    38
    87
    Sugiyarto,A.Md
    Semanu
    19
    47
    137
    Andang Yunanto
    Total
    106
    236
    539


    Jumlah KK dan Penduduk di Kecamatan Semanu
    Desa
    KK
    Penduduk
    Pacarejo
    4808
    15973
    Candirejo
    1985
    8837
    Dadapayu
    1916
    8317
    Ngeposari
    2577
    9311
    Semanu
    3530
    15790
    Total
    14816
    58228

    • POTENSI ALAM
    1. Bahan galian golongan C   Desa Dadapayu, Candirejo, Ngeposari dan Pacarejo.
    2. Goa Wisata
    •  Goa Jlambrong
    •  Goa Kecemut
    •  Goa Grubug
    •  Goa Jomblang
    •  Goa Sindon

    KERAJINAN ORNAMEN BATU


    Kreativitas dalam mengkreasikan kegunaan batu kapur (Kars) kini bisa disaksikan di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul tepatnya di Padukuhan Mojo. Padukuhan Mojo memang telah terkenal dengan sentra indusri kerajinan batu putih. Sebagian penduduk di Padukuhan ini berprofesi sebagai pengrajin batu putih.

    Benda-benda seni yang dihasilkan dari Padukuhan Mojo ini sebagian besar digunakan untuk mempercantik ruangan. Benda-benda tersebut, seperti relief, ornament, roster (ventilasi), pot lampion, patung dan hiasan taman. Selain itu, sentra kerajin batu putih Padukuhan Mojo juga menghasilkan benda-benda, seperti ornament rumah yang terdiri dari arca, hiasan dinding dan lain-lain; batu untuk dinding rumah, berbentuk seperti bata dan batako, tegel baik yang dipasang di lantai maupun yang lebih kecil untuk dipasang di dinding.

    Lokasi Desa Wisata Mojo terletak kurang lebih 8Km dari Kota Wonosari atau kurang lebih 3Km dari Kota Kecamatan Semanu, dan dapat diakses menggunakan kendaraan roda 2 (dua) maupun kendaraan roda 4 (empat) karena akses jalan menuju Desa Wisata Mojo telah beraspal mulus.

    KALI SUCI

    Menurut cerita sesepuh dusun sumber mata air Kalisuci dipercaya bisa menyembuhkan penyakit walaupun belum pernah diuji kebenaran cerita tersebut.
    Tidak hanya mata air yang ada di Kalisuci yang jadi misteri tapi pemandangan yang luar biasa indahnya juga bisa menghilangkan kepenatan setalah sepekan bergelut dengan pekerjaan. Kita bisa melihat tebing-tebing batu kapur yang begitu indah ditambah air yang jernih begitu menyegarkan .
    Pemandangan dalam goa yang biasanya cuma bisa kita lihat di Discovery Channel atau dari majalah-majalah, bisa langsung dinikmati di Kalisuci.  Keindahan stalagtit dan stalagmit serta cericit kelelawar yang bergelantungan di atas langit-langit goa menambah suasana semakin mencengangkan dan menakjubkan.

    GOA SUCI DAN GOA JOMBLANG

    Dusun Jetis Wetan terdapat banyak sekali gua-gua yang menarik. Dusun ini terletak di Desa Pacarejo Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Propinsi D.I. Yogyakarta. Di Dusun ini terdapat 6 gua, tiga diantaranya saling berhubungan termasuk gua suci, dan tiga lainnya saling pisah. Tiga gua yang saling berhbungan ini sangat menarik karena dialiri sungai yang sangat jernih. Kebanyakan gua-gua di Dusun Jetis ini terletak di bawah tanah, karena Kabupaten Gunungkidul sendiri merupakan daerah pegunungan yang ada di Jogja sesuai dengan namanya. Gua Suci sendiri sangat mudah untuk dimasuki karena sudah terdapat tangga-tangga berundak tidak seperti dahulu kalau. Gua ini cocok sekali jika untuk berenang, pecinta alam, dengan pemandangan yang asri dan sejuk.
    Sedangkan tiga gua yang lainnya sangat cocok bagi pecinta alam karena sangat curam, bahkan diantara ketiga gua ini yang bernama gua jomblang kedalamannya sangat dalam mencapai hampir 100 meter. Dengan lingkungan yang masih alami sangat menantang untuk di jelajah, karena sudah banyak sekali para pecinta alam yang menjelajahi Gua Jomblang ini terutama para pecinta alam dari Jogja.

    TELAGA JONGE


    Telaga Jonge terletak di wilayah Padukuhan Jonge Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Terletak kurang lebih 7Km arah timur kota Wonosari dan atau 5Km arah barat Kecamatan Semanu. Telaga Jonge yang luasnya hampir 3 hektar dengan dikelilingi hutan buatan sebagai perindang sehingga asri. Telaga Jonge tidak pernah kering sepanjang tahun. Airnya masih dimanfaatkan untuk mandi warga sekitar, jika musim kemarau panjang.

    Di Telaga Buatan ini juga terdapat sana bermain untuk anak, ada juga kapal/mainan apung yang bisa diaiki bersama keluarga. Telaga Jonge telah mengalami renovasi beberapa kali untuk membuat suasana lebih nyaman. Pemerintah cukup memberi perhatian pada Telaga ini yang dahulu hanya sebagai sarana penyimpan air hujan saja. Telaga yang berisi lebih dari 30.000 ekor ikan ini biasanya panen setiap 3-4 bulan sekali, dengan rata-rata pengunjung 300-500 orang.

    Telaga Jonge menyimpan cerita yang panjang untuk ditelusuri. Berawal dari kisah seorang Kyai bernama Kyai Jonge, yang berhasil selamat dari hantaman ombak laut selatan yang kemudian singgah dibeberapa tempat di Gunungkidul sampai akhirnya singgah di Desa Pacarejo dan meninggal di tempat itu yang konon setelah Kyai Jonge meninggal maka terbentulah telaga, yang sampai saat ini bernama telaga Jonge.

    Upacara Bersih telaga Jonge dilaksanakan sebagai bentuk pelestarian budaya, sebagai upaya untuk mempercantik dan merawat kawasan jonge, dengan diadakan kerja bakti, selain itu juga sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan air telaga jonge yang masih dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.

    Acara Bersih Telaga Jonge diawali dari tirakatan pada hari Kamis Kliwon malam Jumat Legi di pendopo Telaga Jonge. Ada banyak kepercayaan yang masih berkembang di masyarakat yang kemudian membuat acara tirakatan menjadi ramai. Sebelum acara selamatan dilaksanakan terlebih dahulu dipentaskan berbagai kesenian yang ada di daerah tersebut, seperti : reog, jathilan serta kesenian lainnya dan diakhiri dengan hormat di depan Petilasan Kyai Jonge.
    Setelah selesai pentas kesenian, lalu dibacakan riwayat Telaga Jonge oleh Juru Kunci. Sebagai puncak acara adalah ikrar kenduri dan diakhiri dengan do’a secara singkat oleh Sesepuh desa, masyarakat memohon keselamatan dan ditahun mendatang agar air Telaga Jonge tetap melimpah agar bias berguna bagi masyarakat.

    Setelah selesai dibacakan do’a oleh sesepuh desa, seluruh peserta makan bersama masakan yang telah dimasak sebelum pelaksanaan upacara. Makan bersama ini mempunyai kepercayaan bahwa mereka telah berbuat seperti apa yang telah dilakukan oleh para leluhurnya. Karena itu mereka akan mendapatkan berkah keselamatan dari Tuhan melalui Kyai Jonge seperti isi dari pesannya : “Sopo tho sing biso nguri-uri, sak dawane blarak sineret, opo sing disuwun, dijalok, bakal dikabulke".

    DESA SEMANU

    Desa Semanu merupakan wilayah desa belokasi di sekitar Kota Kecamatan Semanu. Wilayah Desa Semanu umumnya masih relatif landai/datar. Terletak sekitar mulai dari 0 hingga 3 km dari Ibukota Kecamatan Semanu. Di Desa Semanu terdiri dari 19 Padukuhan, berikut ini Nama Padukuhan (Dusun) di wilayah Desa Semanu :
    1. Padukuhan Ngringin
    2. Padukuhan Nitikan Barat
    3. Padukuhan Nitikan Timur
    4. Padukuhan Sambirejo
    5. Padukuhan Tunggul Tiumr
    6. Padukuhan Tunggul Barat
    7. Padukuhan Ngebrak Barat
    8. Dukuh Munggi Pasar
    9. Dukuh Semanu Selatan
    10. Padukuhan Tambakrejo
    11. Padukuhan Pragak
    12. Padukuhan Sokokerep
    13. Dukuh Wareng
    14. Padukuhan Ngebrak Timur
    15. Padukuhan Semanu Utara
    16. Padukuhan Bendorejo
    17. Padukuhan Clorot
    18. Padukuhan Munggi
    19. Padukuhan Semanu Tengah

    DESA NGEPOSARI

    Desa Ngeposari merupakan wilayah desa belokasi di sebelah Timur dari Kota Kecamatan Semanu. Wilayah Desa Ngeposari umumnya masih relatif landai hanya beberapa desa yng sudah mulai berbukit-bukit. Terletak sekitar 3 km dari Ibukota Kecamatan Semanu. Di Desa Ngeposari terdiri dari 19 Pedukuhan, berikut ini Nama Pedukuhan (Dusun) di wilayah Desa Ngeposari Semanu :
    1. Dukuh Tunggaknongko
    2. Dukuh Kalangbangi Lor A
    3. Dukuh Kalangbangi Kulon
    4. Dukuh Kalangbangi Wetan
    5. Dukuh Kangkung A
    6. Dukuh Kangkung B
    7. Dukuh Ngeposari
    8. Dukuh Keblak
    9. Dukuh Munggur
    10. Dukuh Kranggan
    11. Dukuh Mojo
    12. Dukuh Semuluh Lor
    13. Dukuh Gemulung
    14. Dukuh Kalangbangi Lor B
    15. Dukuh Gunungsari
    16. Dukuh Ngaglik
    17. Dukuh Wedi Utah
    18. Dukuh Semuluh Kidul
    19. Dukuh Jragum

    DESA CANDIREJO

    Desa Candirejo merupakan wilayah desa belokasi di sebelah Selatan di Kota Kecamatan Semanu. Wilayah Desa candirejo umumnya sudah mulai berbukit-bukit. Terletak sekitar 5 km dari Ibukota Kecamatan Semanu. Di Desa Candirejo terdiri dari 19 Pedukuhan, berikut ini Nama Pedukuhan (Dusun) di wilayah Desa Candirejo Semanu :
    1. Dukuh Pucangsari
    2. Dukuh Sogo
    3. Dukuh Nangsri Kidul
    4. Dukuh Nangsri Lor
    5. Dukuh Pace
    6. Dukuh Cuwelo Lor
    7. Dukuh Soka
    8. Dukuh Mranggan
    9. Dukuh Panggul Kulon
    10. Dukuh Bulu
    11. Dukuh Jati
    12. Dukuh Gebang
    13. Dukuh Panggul Tengah
    14. Dukuh Gunungkunir
    15. Dukuh Plebengan Kidul
    16. Dukuh Plebengan Tengah
    17. Dukuh Plebengan Lor
    18. Dukuh Panggul Wetan
    19. Dukuh Cuwelo Kidul

    DESA DADAPAYU

    Desa Dadapayu merupakan wilayah desa belokasi di sebelah Timur agak Selatan dari Kota Kecamatan Semanu. Wilayah Desa Dadapayu umumnya sudah mulai berbukit-bukit. Terletak sekitar 6 km dari Ibukota Kecamatan Semanu. Di Desa Dadapayu terdiri dari 20 Pedukuhan, berikut ini Nama Pedukuhan (Dusun) di wilayah Desa Dadapayu Semanu :
    1. Dukuh Ngalangombo
    2. Dukuh Nongkosingit
    3. Dukuh Karangtengah
    4. Dukuh Dayakan Kulon
    5. Dukuh Dayakan Tengah
    6. Dukuh Dedel Kulon
    7. Dukuh Dedel Wetan
    8. Dukuh Sempon Wetan
    9. Dukuh Pelem
    10. Dukuh Pokdadap
    11. Dukuh Kerdon
    12. Dukuh Pomahan
    13. Dukuh Sembuku
    14. Dukuh Ploso
    15. Dukuh Kepuh
    16. Dukuh Sendang
    17. Dukuh Kauman
    18. Dukuh Sempon Kulon
    19. Dukuh Nogosari
    20. Dukuh Mojo

    DESA PACAREJO

    Desa Pacarejo merupakan wilayah desa paling barat di Kecamatan Semanu. Terletak sekitar 5 km dari Ibukota Kecamat Semanu atau 5 km dari Ibukota Kabupaten Gunungkidul (Wonosari). Di Desa Pacarejo terdiri dari 27 Pedukuhan, berikut ini Nama Pedukuhan (Dusun) di wilayah Desa Pacarejo semanu :
    1. Dukuh Jetis Wetan
    2. Dukuh Jetis Kulon
    3. Dukuh Jonge
    4. Dukuh Kuwangen Lor
    5. Dukuh Tonggor
    6. Dukuh Kenteng
    7. Dukuh Wilayu
    8. Dukuh Jasem Kidul
    9. Dukuh Kuwon Lor
    10. Dukuh Cempluk
    11. Dukuh Ngampo
    12. Dukuh Dengok Lor
    13. Dukuh Dengok Kidul
    14. Dukuh Pacing Kidul
    15. Dukuh Serpeng Kidul
    16. Dukuh Banyumanik
    17. Dukuh Kepuh
    18. Dukuh Piyuyon
    19. Dukuh Trukan Ngampo
    20. Dukuh Kuwon Kidul
    21. Dukuh Kuwon Tengah
    22. Dukuh Jasem Lor
    23. Dukuh Ngelak
    24. Dukuh Serpeng Lor
    25. Dukuh Serpeng Wetan
    26. Dukuh Kuwangen Kidul
    27. Dukuh Jelok

    JAJANAN WALANG

    Jajangan Walang/Belalang (Goreng). Belalang atau dalam bahasa jawa disebut walang merupakan serangga herbivora dari sub-ordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Binatang yang satu ini banyak dijumpai dipinggir Kota Wonosari. Di sepanjang jalan Wonosari-Semanu, dan Playen–Paliyan, menjadi favorit penjual belalang menjajakan dagangannya. Pasalnya, jalan tersebut banyak dilalui pengendara dari luar kota. Tidak sedikit pedagang yang mendatangkan dagangannya dari luar daerah, seperti Kulonprogo dan Purworejo.

    Marjo salah seorang pedagang di Jalan Wonosari-Semanu mengaku, per hari dia menjual sekitar 700-800 ekor belalang, dengan memeroleh keuntungan sekira Rp100-150 ribu. Untuk mencari belalang, pria berusia 70 tahun itu menghabiskan waktu sekira lima jam per hari. "Anak saya yang mencari belalang dengan menggunakan lem di sawah sekitar sini, dan saya yang menjualnya," kata Marjo saat ditemui di Jalan Wonosari-Semanu, Yogyakarta, Rabu (30/3/2011).
    Pencari Belalang sudah menjadi pekerjaan sampingan maupun pokok oleh sebagian masyarakat Gunungkidul. Tak heran jika setiap sore Anda bisa melihat serombongan orang menggunakan sepeda membawa galah yang di atasnya menggunakan lem atau jaring, dan mencari belalang di sawah.
    "Biasanya harganya cuma Rp200, namun karena kondisi cuaca sedang tidak bagus dan belalang sedang sulit sekarang dijual seharga Rp400," imbuh pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu. Semeentara penikmat belalang asal Wonosari, Didit (35), mengaku hampir setiap minggu membeli belalang di daerah Semanu. "Hampir setiap seminggu sekali saya membeli belalang ke sini, kami sekeluarga senang menikmati belalang karena cocok buat lauk dan cemilan, rasanya seperti udang," katanya. Di sekitar Kota Wonosari, belalang goreng dijual per kemasan plastik berisi 8 dengan harga Rp4.000, dan per toples Rp60 ribu. Belalang goreng juga bisa ditemui di pusat oleh-oleh di sekitar Kota Yogyakarta. Namun bagi masyarakat yang tidak cocok mengudap makanan yang satu ini bisa menderita gatal-gatal.
    (Markus Yuwono/Trijaya/nsa)

    Entah sejak kapan hidangan lezat belalang ini mulai digemari, hampir seluruh penduduk di Semanu. Barangkali kegemaran orang-orang di Semanu dan sekitarnya mengkonsumsi belalang goreng, dimulai ketika wilayah Gunung Kidul pada era tahun 60-an, dapat dikatakan saat itu, masih sangat tertinggal. Bahkan bisa disebut daerah miskin akut.

    Pada era itulah, menurut Sukisman, 64, seorang petani yang tinggal di desa Njelog pinggir, belalang, istilah ilmiahnya disebut Valanga nigricornis zehntneri krauss, mendapat tempat sebagai panganan penganti lauk-pauk. “Dulu kalau makan tiwul –sejenis makanan penganti beras dari gaplek– kalau tidak ada lauk, pergi ke hutan jati cari belalang. Kemudian di goreng untuk lauk,” ujarnya Sukisman.

    Kebiasaan penduduk menyantap lauk belalang di hampir sebagian besar wilayah desa Wonosari, Baron dan Playen berlanjut hingga kini. Rusmandi, 43 tahun, misalnya meski telah lama hijrah ke Jakarta, ia toh tetap berusaha mendapatkan makanan kesukaannya itu dengan susah payah. Kadang, ujar Rusmandi, wiraswasta, memesan kerabatnya yang tinggal di Semanu agar mengirimi belalang goreng yang telah dikemas dalam plastik layaknya kue lebaran. Tidak mengherankan bila Rusmandi kangen makan khas Semanu itu.

    Sebab, ujar Rusmandi lebih lanjut semasa kecil di sekitar tempat tinggalnya di Baron hampir dapat dipastikan mereka berburu belalang. Bahkan selepas belajar pun ia bersama teman-teman se desanya berburu belalang hingga ke batas desa lain. Hasil buruan yang didapat Rusmandi, selain dimakan sekeluarga, juga dijajakan di pinggir jalan.

    ”Waktu itu hasilnya juga cukup lumayan besar untuk ukuran tahun 70-an, sekitar Rp.3000-5000,” ujarnya. ”Sebagian besar masyarakat di sekitar Semanu-Wonosari tahu secara persis kapan waktu panen belalang dan ’paceklik’ hasil buruannya. Kalau pas tidak musim belalang, sulit diperoleh.”

    Tidaklah mengherankan bila pada musim belalang pada bulan Juni hingga November, di sepanjang jalan raya Semanu-Wonosari terlihat deretan para penjual belalang segar. Namun pada saat tidak lagi musim belalang, para pedagang kembali beralih profesi seperti semula menjadi pekerja bangunan atau bertani.

    Menurut pengakuan para penjaja belalang mentah di pinggir jalan raya Semanu-Wonosari, penghasilan berjualan hanya cukup untuk menunjang beban berat keluarga sehari-hari. Kalau lagi apes, ujar Mugiyanto, 43 tahun, berjualan sepanjang hari hanya bisa membawa pulang sekitar Rp.15.000 seharian. Padahal untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari, lanjut Mugiyanto, ia harus merogoh kocek minimal Rp.25.000.

    ”Selain untuk membeli keperluan makan sehari-hari, juga untuk beli bensin, kulakan –beli belalang dari pengepul dan jajan anak ke sekolah,” katanya. ”Bahkan pernah juga tidak membawa uang. Bisa sampai satu minggu dagangan tidak payu --payu.”

    Mugiyanto menambahkan, jualan belalang sebenarnya bukanlah pilihan profesi yang dicita-citakan. Sebenarnya ia menginginkan menjadi tentara. Lantaran pendidikannya hanya hanya sampai di Sekolah Menengah Atas, cita-citanya menjadi aparat keamanan negara kandas sudah. Mugiyanto tidak menyerah begitu saja. Ia nekat melamar pekerjaan ke Yogjakarta dengan berbekal ijasah SMA. Berulang kali ia datagi kantor-kantor untuk melamar pekerjaan, tapi hasilnya nihil. Telanjur lama terdampar di Yogyakarta, papar Mugiyanto sembari melayani pembeli, ia melamar bekerja sebagai buruh bangunan proyek.

    ”Untungnya banyak tetangga se-desa yang juga menjadi kuli bangunan di Jogja. Jagi agak gampang juga mencari kerja tidak resmi –istilah Muhayat– wong cuma angkut-angkut semen dan jadi tukang laden batu,” katanya. ”Tapi kalau tidak pas ada proyek kembali tani. Atau jualan belalang.”

    Lebih lanjut Mugiyanto berujar, adakalanya penghasilan berjualan belalang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Tetapi bila musim ”paceklik-belalang” Mugiyanto harus berpikir keras mencari tambahan agar asap dapur keluarganya tetap terjaga. Tidaklah mengherankan bila, Mugiyanto dan teman-teman seprofesinya acap berburu belalang ke desa-desa tetangga yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam berburu belalang, Mugiyanto, mengaku tidak merasa kesulitan. Sebab, sejak kecil ia sering bermain sembari memburu binatang itu.

    ”Tidak sulit menangkapnya. Saya hanya berbekal jaring dan genther –bilah kayu panjang– untuk menangkapnya. Berburu menangkap belalang sering saya lakukan tidak hanya di hutan juti di satu desa saja, tapi sampai ke hutan dekat-dekat pantai selatan,” ujarnya. ”Menangkap belalang sering bersama teman-teman sedesa. Biar agak ngirit, saya boncengan.”

    Kosakata ngirit dalam istilah ekonomi kelas pedesaan yang sering kita dengar di wilayah ini, sebenarnya merupakan kata kunci pertahanan biduk rumah tangga. Kata itu pulalah yang menjadikan Mugiyanto dan teman-teman seprofesi pemburu maupun penjual belalang dapat mengalahkan tandus-gersangnya wilayah yang dahulunya terlekati wilayah miskin. Mugiyanto ternyata mampu menyiasati ganas-gersangnya wilayah perbukitan Cartz Gunung Kidul mengandalkan belalang.

    Baginya berjualan belalang tidak memerlukan kepiawaian bernegosiasi dengan pemilik modal. Bahkan ia pun tidak perlu repot-repot menyodorkan proposal pembiayaan ke bank pemerintah ataupun swasta yang memerlukan agunan. Mugiyanto cukup menyisihkan seratusan ribu untuk modal berburu belalang segar di pelbagai desa di sekitar Kabupaten Wonosari. Dengan modal kecil itulah Mugiyanto dan para pemburu belalang mengadu peruntungan.

    Ketika ditanya kenapa tidak berusaha meminjam kredit ke bank? Sembari tersenyum Mugiyanto mengatakan, tidak punya agunan apapun yang dapat dijaminkan ke bank. Bukankah ada bank yang tidak memerlukan agunan? ”Emangnya ada bank yang tidak pakai agunan? Setahu saya, itu hanya tipu. Mana ada bank tidak mensyaratkan agunan untuk berusaha,” ujarnya sembari menambahkan, ”Lagi pula apa yang akan diagunkan ke bank. Wong ndak punya apa-apa.”

    Bisnis belalang goreng pasca daerah Gunung Kidul telah dinyatakan telah terbebas dari kemiskinan akut jaman bekas Presiden Soeharto beberapa tahun lalu, tampaknya mulai benar-benar menggeliat. Tidak hanya pasar-pasar tradisional yang dibanjiri pembeli, tetapi munculnya toko frainchais dan super market pun tampak membanjanjiri wilayah di atas perbukitan ini.

    Di pasar-pasar tradisional maupun di super market itulah geliat perekonomian para pedagang belalang goreng menemukan jalan ekonomi pasar yang simbiosisme mutualistik. Belalang goreng yang dulunya dicap sebagai makanan para penduduk urban-melarat di desa terpencil tak terjangkau prasarana itu, kini trendnya terbalik seratus delapan puluh derajad. Belalang goreng menjadi incaran para penggemar wisata kuliner.

    Pada tahun-tahun 70-an, menurut Waridjo, 78 tahun, saat ditemui di sebuah masjid di samping Pasar Munggi, menuturkan betapa sulitnya beban hidup yang dialaminya pada tahun-tahun itu. Jangankan makan nasi tiga kali dalam sehari, makan nasi seminggu sekali pun, ujarnya, sudah sangat beruntung. ”Keluarga makan tiwul dengan lauk belalang bakar,” katanya menerawang sembari menambahkan, ”Apa boleh buat, kami sekeluarga ikut trans ke Sumatra.”

    Meski terlihat guratan wajahnya tampak uzur, toh Waridjo bersama keluarganya menyempatkan diri balik ke kampungnya di Gunung Kidul. Padahal perjalanannya menyeberang dari Bengku ke Gunung Kidul dengan bus antarprovinsi, cukup melelahkan. Tapi Waridjo tak sedikitpun tampak kelelahan. ”Mungkin dulu sering makan belalang,” katanya seraya tertawa.

    Bisa jadi apa yang dikatakan Waridjo dengan mengkonsumsi belalang goreng ada benarnya. Sebab jangan anggap enteng kandungan gizi belalang kayu ketika dijadikan konsumsi makanan. Hasil penelitian Sutrisno Koswara, dosen jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Institute Pertanian Bogor, menyebutkan kandungan protein belalang goreng berkisar 40-60% per gram. Sedang kajian ilmiah yang dilansir ahli pangan Kusmaryani (2005) menyebutkan kandungan protein belalang kayu bisa mencapai 62,2% tiap 100 gramnya.

    Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan angka protein yang terkandung pada makanan berprotein lain seperti udang segar (21%), daging sapi (18,8%), daging ayam (18,2%), telur ayam (12,8%), dan susu segar sapi yang hanya (3,2%) kandungan proteinnya.

    Nah Anda tertarik untuk mengkonsumsi belalang goreng ala Semanu? Silahkan mencobanya. Bila Anda ingin mencicipi rasa crispy belalang goreng, Anda pun tak susah mencari makanan khas Gunung Kidul di sepanjang jalan KH Agus Salim, Wonosari, Gunung Kidul. Atau di Pasar Munggi juga menyediakan makanan belalang goreng dalam bentuk kemasan plastic atau toples. Harganya jangan kawatir mahal, dengan merogoh kocek celana sebesar Rp.7.000 belalang goreng siap Anda santap. Sedangkan belalang goreng dalam kemasan plastik hanya Rp.6000.

    Bila Anda tak puas dengan gorengan dan bumbu yang disediakan di rumah-rumah makan, Anda pun dapat bereksperimen sendiri tinggal membeli belalang mentah harganya berkisar Rp.40.000 satu renteng. Tergantung jumlah belalang setiap rentengnya. Bila terdapat seratus satu rentengnya, belalang hidup dijual dengan harga Rp.30.000, sedangkan bila terdapat 150 ekor dalam satu renteng harganya Rp.40.000. Jadi tunggu apa lagi, coba saja! Hanya saja, bagi Anda yang alergi, pertama kali mencicipi belalang goreng, akan gatal sebentar. Setelah itu tidak lagi. Kriuk! (eddy j soetopo) 

    SENTRA KERAJINAN BAMBU

    Batang bambu apabila diolah oleh tangan terampil dan kreatif, ternyata dapat menjadi aneka bentuk kerajinan yang unik dan memiliki nilai jual tinggi. Itu dibuktikan perajin di Sentra Industri Kerajinan Bambu di Desa Nitikan, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta. Dari sentra itu dihasilkan kerajinan-kerajinan bambu unik bernilai ekonomi tinggi.

    Sentra itu dipimpin Andi. Dia bersama rekan-rekannya mengolah batang bambu menjadi kerajinan berbagai bentuk. Sentra itu kian berkembang seiring dengan semakin diminatinya produk kerajinan mereka yang unik berbahan dasar batang bambu.


    Menurut Andi, dalam sehari, dia dan timnya mampu menghasilkan 20 jenis kerajinan bambu. Karena bentuk dan fungsinya, aneka kerajinan bambu itu banyak diminati baik lokal maupun mancanegara.
    Proses pengerjaan kerajinan bambu itu terlihat sangat mudah, namun sebenarnya membutuhkan ketelitian dan keahlian khusus.




    DESA WISATA MOJO

    Kendati Desa Wisata Mojo, Ngeposari telah resmi dibuka oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul, DIY sejak tahun 2009 lalu namun sampai tahun 2011 ini kondisinya masih belum banyak diminati wisatawan.
    Hal itu dibuktikan dengan masih minimnya jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut dalam setiap bulannya. Demikian dikatakan salah satu pemandu Desa Wisata Mojo, Bambang Paeto kepada wartawan di kantor sekretariat pokdarwis setempat, Selasa (11/10/2011).
    Menurut Bambang, belum diminatinya objek wisata tersebut disebabkan karena wisata Mojo merupakan wisata minat khusus dengan menonjolkan tiga goa yakni Goa Gesing, Jlamprong dan Sinden. Keistimewaannya, mulut ketiga goa tersebut menyambung sehingga menarik untuk dijadikan arena susur goa dengan panjang lorong mencapai 500 meter.
    Selain susur goa, lanjut Bambang, desa wisata Mojo juga menyajikan beberapa paket wisata berupa sumber air Kecemut, kerajinan ukir batu dan aneka kesenian tradisional seperti karawitan, jathilan, reog, kethoprak, serta wayang kulit. Dihubungi terpisah Kepala Desa Ngeposari, Sugiyarto, A.Md. membenarkan bahwa objek wisata Mojo saat ini masih sepi pengunjung.
    Meski demikian Pemdes Ngeposari bersama pemkab Gunungkidul tetap akan melakukan optimalisasi potensi wilayah terutama menyangkut penataan dan pembenahan objek wisata demi kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.
    Ditambahkannya, salah satu perhatian pemerintah terhadap desa wisata yakni telah diluncurkannya program PNPM sektor pariwisata pada tahun 2010 lalu. Hal tersebut sedikit berdampak positif terhadap kemajuan beberapa objek wisata di wilayahnya. Meski begitu, laku atau tidak laku itu sudah menyangkut urusan selera, sebab Desa Wisata Mojo termasuk wisata minat khusus dimana jumlah peminatnya tentu jauh di bawah objek wisata pantai.
    “Tahun 2010 lalu kami mendapat program proyek PNPM Pariwisata senilai Rp 60 juta untuk pengadaan sarana prasarana wisata dan pelatihan pokdarwis. Pengadaan sarana prasarana wisata dimanfaatkan untuk pembelian peralatan susur goa meliputi helm, sepatu boat, pelampung, senter, seragam pemandu, megaphone serta sound sistem. Selain itu dana tersebut juga dimanfaatkan untuk pengadaan seragam grup seni karawitan dan reog,” ungkap Sugiyarto.
     
    Desa Wisata Mojo, terletak di Padukuhan Mojo, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul. Berjarak sekitar 8 Km dari kota Wonosari arah timur. Desa Wisata Mojo sebagai icon utamanya adalah kerajinan Ukir batu. Jika kita masuk ke wilayah Padukuhan Mojo khususnya disepanjang jalan akan banyak kita jumpai usaha ukir batu ataupun rumah-rumah cantik dengan ornamen batu-batu putih.Selain ukir batu, yang juga menarik di Desa Wisata Mojo adalah petualangan caving dibeberapa goa yang masih alami. Diantaranya Goa Gesing, Goa Jlamprong dan Goa Sinden. Masing-masing punya keunikan berbeda.Yang sama dari ketiga goa ini merupakan goa bawah tanah.

    Yang menarik di dalam Goa Jlamprong ada stalagtit yang besar bernama “Soko Guru” kono banyak orang percaya tetesan air ini bertuah, sehingga siapa yang mencuci muka dengan air ini dan berdoa dapat terkabul keinginannya.
    Di akhir perjalanan caving kita akan finish di goa Sinden, di goa ini terdapat daerah sungai dengan aliran air hangat dan konon dahulu kala ditempat ini biasa digunakan untuk semedi calon sinden, sehingga namanya goa Sinden.





    GOA JLAMPRONG



    Goa Jlamprong – Goa Gesing – Goa Sinden adalah tiga goa yang sambung menyambung terletak di Padukuhan Mojo, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul. Arah timur 7 Km dari kota wonosari. Petualangan di Goa Jlamprong ini kategori caving horinsontal dengan panjang goa sekitar 1000 meter. Petualangan di Goa bawah tanah ini termasuk non ekstrim. Untuk berpetualangan di goa ini dibutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Wisatawan akan masuk goa dengan tracking.  Di dalam goa ini anda akan disuguhi ornament stalagtit dan stalagmite yang indah, serta kicauan ribuan kelelawar. Di goa ini juga terdapat sungai dengan air hangat. Petualangan ke Goa ini dibandrol dengan Rp. 25.000,00 untuk 1 orang. Biaya tersebut meliputi retribusi, sewa alat, sewa instruktur, tidak termasuk biaya makan dan minum.

    GOA GRUBUG


    Goa Grubug terletak di Padukuhan Jetis Wetan, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul. Arah tenggara 8 Km dari kota wonosari. Petualangan di Goa Jomblang – Grubug ini kategori caving vertical-horinsontal dengan panjang goa sekitar 500 meter. Petualangan di Goa bawah tanah ini termasuk kelas ekstrim. Selain dituntut stamina yang kuat, waktu yang luang juga dituntut berkantong tebal. Untuk berpetualangan di goa ini dibutuhkan waktu lebih dari 5 jam. Wisatawan akan turun goa dengan rappelling dan naik dengan SRT.  Jika ada bisa masuk goa ini pada jam 11.00 – 13.00 dengan kondisi cuaca cerah anda akan menikmati siluet yang cantik dari dalam goa. Di goa ini juga terdapat hutan purba bawah tanah yang konon merupakan hutan purba yang bawah tanah terbaik no.3 di dunia. Petualangan ke Goa ini dibandrol dengan Rp. 750.000,00 untuk paket maksimal 10 orang. Biaya tersebut meliputi retribusi, sewa alat, sewa instruktur, tidak termasuk biaya makan dan minum.

    SEGO ABANG JIRAK GUNUNG KIDUL

    Bagi kebanyakan kita, tiada hari terlewatkan tanpa mengonsumsi nasi putih. Keanekaragaman rasa makanan hanya tercipta dari variasi lauk pendamping nasi. Warung Makan Sego Abang Jirak yang terletak di samping Jembatan Jirak, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, menyajikan nasi merah sebagai menu khas utama. Sego abang atau nasi merah merupakan hasil produk pertanian di ladang tadah hujan. Di wilayah Gunung Kidul dengan curah hujan rendah dan jenis tanah berbatu, hanya padi tadah hujan yang sanggup tumbuh subur. Sebagian dari jenis padi tadah hujan tersebut menyajikan nasi berwarna merah dengan cita rasa unik, yaitu tidak lembek dan gurih. Saat ini, beras merah memang sudah jamak beredar di pasaran. Di Warung Makan Sego Abang Jirak, nasi merah bukan sekadar sajian dari beras merah. Pemilik warung, Purwanto (62), mengaku benar-benar menjaga nilai tradisional sego abang, mulai dari cara pemetikan padi, pengolahan menjadi beras, hingga penyajian di atas meja.

    Purwanto telah menjalin kerja sama dengan petani penanam padi tadah hujan jenis gogo, mendel, atau segreng yang ketiganya menghasilkan padi berwarna merah. Umur tanam padi jenis tersebut serupa dengan padi sawah, tetapi dengan produktivitas lebih rendah. Pemanenan padi sengaja dilakukan helai per helai dengan pemotongan batang padi menggunakan ani-ani. Warung Makan Sego Abang Jirak hanya menerima buliran padi yang belum terpisah dari batangnya. Pegawai di warung tersebut kemudian yang memisahkan beras merah dari sekam dengan cara menumbuk. Padi yang ditumbuk jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya beras merah yang akan dimasak. Memasak beras merah pun harus menggunakan tungku tanah liat memakai kayu bakar. Beras harus diaru sebelum kemudian ditanak menggunakan kukusan dari anyaman bambu (soblok). Cara memasak tersebut membuat rasa nasi lebih gurih dan lunak, tetapi tidak lembek. Berbeda dengan nasi putih yang matang hanya dalam setengah jam, nasi merah baru siap dihidangkan setelah dimasak selama tiga per empat jam. Nasi merah mulai siap dinikmati pengunjung dari pukul 08.00-15.00. Tingginya minat pengunjung menyebabkan warung selalu buka tujuh hari dalam sepekan, kecuali jika ada acara hajatan keluarga.

    Sayur lombok ”ijo”

    Dalam satu hari, menurut anak perempuan Purwanto, Parmi, mereka memasak nasi merah dua kali, yaitu pagi dan tengah hari. Selain sego abang, pengunjung di warung tersebut juga tak bakal sanggup melupakan kenikmatan sayur lombok ijo sebagai pendamping nasi. Sayur lombok ijo yang kaya kuah santan ini diracik dari potongan cabai hijau yang dipadukan dengan tempe kedelai. Tumisan tempe yang digunakan sebagai pelengkap sayur pun bukan tempe sembarangan. Tempe tersebut harus dibuat dengan cara tradisional dan dibungkus daun pisang atau daun jati. Kuah santan dengan racikan bumbu berupa bawang merah, bawang putih, jahe, dan kemiri ini menghadirkan rasa gurih bercampur pedas. Pengunjung yang ingin menambah rasa pedas sayur bisa menambah pesanan berupa sambal terasi serta sambal bawang.

    Selain sayur lombok ijo, juga tersedia lauk lain untuk pendamping, seperti daging sapi goreng, iso babat goreng, ikan wader goreng, dan urap trancam. Sebagai buah tangan, Warung Makan Sego Abang Jirak juga menyediakan aneka camilan khas Gunung Kidul, seperti kacang mede serta belalang goreng. Tak hanya menu makanannya yang khas, suasana di dalam warung pun mempertahankan suasana khas pedesaan. Tembok warung masih berupa dinding anyaman bambu. Pengunjung pun bisa memilih duduk di kursi maupun lesehan di atas balai-balai kayu yang dilambari alas tikar pandan. Seluruh menu makanan disajikan dalam piring-piring terpisah, seperti layaknya di rumah makan nasi padang. Untuk seluruh kenyamanan dan kenikmatan yang diraih memang ada harga setimpal yang harus dibayar. Parmi mengaku tetap mempertahankan gaya penyajian warung yang tidak mencantumkan menu serta daftar harga. Biasanya pengunjung baru tahu harga makanan ketika membayar di kasir. Satu porsi sego abang hanya dijual seharga Rp 2.000 dan sayur lombok hijau Rp 3.000. Sementara, satu piring daging sapi dihargai Rp 40.000, satu piring iso babat Rp 20.000, satu piring ikan wader Rp 15.000, dan Rp 2.500 untuk sepiring urap trancam. Setelah menikmati sajian sego abang dan sayur lombok ijo di Gunung Kidul, beberapa pengunjung mengaku sering kali ketagihan. Untuk menikmati suasana yang lebih tenang dan sepi, sebaiknya tidak berkunjung ketika jam makan siang, akhir pekan, apalagi hari Lebaran. Warung akan penuh sesak. Kerinduan akan tradisi memang selalu menggairahkan untuk dinikmati, seperti sego abang dari Gunung Kidul….

    TIWUL dan GHATOT

    Tiwul dan Gathot ini makanan khas dari Kabupaten Gunung Kidul, kabupaten di propinsi DIY yang wilayahnya kering dan tandus. Aslinya makanan ini merupakan makanan pokok alternatif setelah nasi. Tapi penduduk Gunungkidul sendiri rata-rata sudah “nggaya” nggak bikin tiwul lagi. Padahal kalau mau kembali ke tiwul, maemnya pake sayur lombok ijo, wah… seger….!!! Berasnya bisa dijual ke luar aja….
    Makanan ini dibuat dari ketela pohon (ubi kayu) yang dikeringkan, disebut dengan nama terkenal : “gaplek”.
    Gaplek ini kemudian diproses menjadi tiwul gunungkidul.
    Ada yang penasaran pengen nyoba, nyari-nya ya cuma di kota Wonosari, ready stock di warungnya Mbok Tum. Awet juga kok, yang nggak awet cuma parutan kelapanya. Tapi tiwulnya ya sudah mengikuti selera untuk oleh-oleh, sudah bukan tiwul bentuk asli-nya tiwul gunungkidul yang dimaemnya pake sayur.. Tiwul oleh-oleh di warungnya Mbok Tum ini dibikin seperti gunungan, dikemas dalam besek. Ada yang manis dan ada yang gurih. Mau coba ???

    KERAJINAN BATU PUTIH

    Produk kerajinan batu alam atau batu putih dari Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil menembus pasar sejumlah negara Asia dan Eropa.‘'Produk kerajinan batu alam asli Gunung Kidul berhasil kami pasarkan ke pulau Bali , bahkan ke sejumlah negara di Asia di antaranya Malaysia dan Jepang. Sedangkan ke Eropa di antaranya Italia dan Belanda," kata perajin batu putih di Dusun Mojo, Ngeposari, Semanu, Gunung Kidul, Topan, baru-baru ini.
    Menurut dia, keberadaan produksi kerajinan batu alam atau batu putih diminati sampai mancanegara karena dibuat secara manual, dan motifnya dapat disesuaikan dengan selera pembeli.
    ‘'Kami membuat kerajinan batu alam ukir tangan bukan cetak, sehingga memiliki khas tersendiri. Motifnya mengikuti selera pembeli, untuk jenis kerajinan yang kami buat meliputi ornamen, roster, relief dan patung dalam berbagai bentuk dan ukuran yang merupakan dapat dijadikan aksesori interior dan eksterior rumah atau kantor," katanya.
    Untuk relief dan patung, dia mengatakan, dapat dibuat dua dimensi dan tiga dimensi.‘'Relief dua dimensi lebih murah daripada yang tiga dimensi, sedangkan harganya variatif tergantung tingkat kesulitan dalam pengerjaannya dan ukuran yang diminta, relief yang makin lebar harganya semakin mahal begitu juga dengan patung," katanya.Menurut dia, usaha kerajinan batu alam ukir tersebut sudah ditekuni sejak 1996, dan saat ini sudah banyak perajin rumahan di Desa Ngeposari yang mengikuti jejaknya.
    ‘'Usaha kerajinan batu putih masih prospek untuk ditekuni oleh masyarakat, mengingat permintaan masih banyak baik di tingkat lokal maupun internasional selain bahan baku yang tersedia di Gunung Kidul masih melimpah," katanya.
    Dia mengatakan, dalam proses pembuatan kerajinan batu alam putih saat ini dilakukan secara variasi dengan mengkombinasikan batu hitam yang diambil dari Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.
    ‘'Kami melakukan inovasi dengan melakukan kombinasi antara batu putih dengan batu hitam dari Muntilan untuk menyiasati kejenuhan konsumen," katanya.Dia mengatakan, harga produk kerajinannya mulai dari harga Rp 10.000 per biji sampai di atas Rp 1 juta per bijinya.

    TV ONLINE



     
    Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
    Copyright © 2011. Kecamatan Semanu - All Rights Reserved
    Template Created by Creating Website Published by Mas Template
    Proudly powered by Blogger